Kamis, 31 Oktober 2013

tulisan 2

Cerpen Manajemen

Manajemen Diri
karya : Yusi Risma Nurizki
3PA02


Uci adalah mahasiswa disuatu universitas swasta di Jakarta. Uci adalah mahasiswa yang senang sekali berteman dengan teman-temannya dan mudah sekali bergaul dengan teman-temannya. suatu hari uci tidak menyukai temannya karena sikap temannya yang tidak baik dan menyinggung perasaan uci. temannya uci selalu berkata yang tidak baik oleh uci oleh karena itu, uci tidak menyukainya dan uci hanya diam apabila temannya berkata yang tidak baik. kemudian, ketika uci tidak menahan rasa amarahnya karena temannya sudah sering sekali berkata yang tidak baik kepada uci maka uci mengeluarkan amarahnya kepada temannya dan tidak dapat dikendalikan. sehingga uci tidak dapat mengontrol dan tidak dapat memanajemen dirinya sendiri agar tidak mengeluarkan amarah yang terlalu berlebihan. kemudian temanya uci menyadari dan mengaku ikesalahannya kepada uci bahwa temannya yang salah karena sudah berkata yang tidak baik. akhirnya uci memaafkan dan mulai memanajemen dirinya sendiri agar tidak cepat marah dan dapat mengontrol dirinya kepada teman-temannya.

Tuisan 1

Cerpen Manajemen


Manajemen Keuangan
karya : Yusi Risma Nurizki
3PA02

Suatu ketika uci sedang dalam keadaan yang mencukupi tentang kebutuhan keuangan. oleh karena itu, uci masih tercukupi kebutuhan sehari-harinya. kemudian, suatu hari uci memiliki kebutuhan yang sangat banyak untuk kebutuhan sekolahnya untuk membeli peralatan alat tulis, untuk membeli buku dan masih banyak lagi kebutuhan yang tidak terkendali. uci mulai mengatur keuangannya agar cukup untuk menabung dan cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan untuk jajan disekolahnya. lalu uci mulai membeli nsatu persatu kebutuhan yang diperlukan, seperti membeli buku, alat tulis dan membeli kebutuhan untuk keperluan sehari-harinya. tetapi, uci harus memikirkan juga untuk keperluan jajan dan menabungnya sehingga uci mengatur keuangannya sendiri dan harus memiliki catatan untuk pengeluaran dan pemasukkannya setiap harinya. akhirnya setelah uci memiliki catatan untuk pengeluaran dan pemasukkannya uci dapat mengatur keuangan dan tidak boros lagi dan tidak kekurangan lagi untuk jajan.

Tugas 3



III.                   MENGENDALIKAN FUNGSI MANAJEMEN

A.    Pengendalian (controlling).
Pengendalian merupakan suatu proses yang mengarahkan, meluruskan dan menjadikan segala berjalan susuai tujuan yang telah ditetapkan. Hansen dan Mowen mengartikan pengendalian adalah proses penetapan standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Maka, harapan dari pengendalian berupaya untuk menjadikan segala sesuatu tetap konsisten berada dijalannya dengan berbagai langkah-langkah yang dilakukan di dalamnya guna mencapai tujuan awal yang ditetapkan. Disisi lain, pengendalian merupakan sebuah alternatif yang dilakukan ketika pencapaian sebuah tujuan tidak sesuai dengan langkah-langkah awal yang dilakukan, sehingga perlu diluruskan dan dikendalikan.

Dari sudut pengendalian manajemennya, terdapat beberapa aktivitas vital pengendalian yang menjadi  fokus utamanya, yaitu:
  1. Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi
  2. Mengkordinasikan aktivitas-aktivitas dari beberapa bagian organisasi
  3. Mengkomunikasikan informasi
  4. Mengevaluasi informasi
  5. Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika ada
  6. Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka
Belakangan ini para manajer mengubah cara mereka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Perubahan ini diwujudkan dalam perbedaan antara manajemen “lama” dan manajemen “baru”. Manajer gaya lama menganggap diri mereka sebagai boss, sedangkan manajer gaya baru menganggap diri mereka sebagai sponsor, pemimpin kelompok atau konsultan internal. Beberapa perbedaan lainnya adalah manajer gaya lama mengambil keputusannya sendiri, dan manajer gaya baru mendengarkan masukan dari orang lain dalam pengambilan keputusan. Akibatnya manajer gaya lama bekerja lebih lama sedangkan manajer gaya baru bekerja lebih mengutamakan hasil.
Perubahan-perubahan dalam manajemen tersebut tidak membuat fungsi manajemen klasik menjadi kuno, sehingga fungsi manajemen gabungan antara manajemen gaya baru dan gaya lama adalah sebagai berikut:
·         Membuat sesuatu terjadi (making things happen)
·         Menghadapi persaingan (meeting the competition)
·         Mengorganisir orang, proyek, dan proses (organizing people, project, & process)
·         Memimpin (leading)
Fungsi-fungsi tersebut tidak menggantikan fungsi yang lama, tetapi dibangun di atasnya. Pertama, ‘membuat sesuatu terjadi’ merupakan gabungan dari fungsi merencanakan (planning) dan mengendalikan (controlling). Untuk ‘membuat sesuatu terjadi’, kita harus merencanakan bagaimana mencapai sasaran yang kita inginkan, mengelola informasi, dan mengendalikan kinerja serta melakukan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan. Kedua, ‘menghadapi persaingan’ mencerminkan pentingnya adaptasi dan pembaharuan agar tetap bersaing di tengah pasar global yang terus berkembang seperti saat ini. Ketiga, tanpa mempertimbangkan dalam ‘mengorganisir orang, proyek, dan proses’ maka perubahan yang berskala besar tidak akan berhasil (tidak dapat membuat sesuatu terjadi). Terakhir, ‘memimpin’ dengan memperhatikan kesejahteraan karyawannya, merayakan keberhasilan sebuah kontrak baru bersama karyawan, dan sangat memperhatikan keinginan dan aspirasi karyawan merupakan suatu gaya memimpin yang menyenangkan hati karyawan. Pada akhirnya karyawan termotivasi dan membuat suatu produktivitas yang tinggi sebagai bukti kesetiaan dan dukungannya.

B.     Langkah – langkah dalam control
Langkah-langkah penting pada proses pengendalian dapat digolongkan ke delapan elemen, yaitu:
1. Mengidentifikasikan tujuan dan strategi.
2. Penyusunan program.
3. Penyusunan anggaran.
4. Kegiatan dan pengumpulan realisasi prestasi
5. Pengukuran prestasi.
6. Analisis dan pelaporan.
7. Tindakan koreksi.
8. Tindakan lanjutan.

Agar sistem pengendalian itu berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan awal, maka dibutuhkan empat elemen penunjang yang harus ada, yaitu:
1.         Detektor (Pelacak), merupakan sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dilakukan. Segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dapat diketahui dan terdeteksi. Sehingga ketika terjadi penyimpangan dan kesalahan diketahui dengan segera dan terselesaikan dengan cepat juga.

2.         Assesor (Penilai), suatu perangkat yang menentukan sifnifikasi dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspedisi dari apa yang seharusnya terjadi. Yaitu adanya media yang dapat menilai sekaligus membandingkan kejadian-kejadian yang ditemukan dalam aktivitas sebuah perusahaan dengan prediksi yang kemungkinan akan terjadi dan dijadikan sebagai ancaman.

3.         Effector (umpan balik), suatu perangkat yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan suatu hal. Maksudnya ketika perusahaan terdapat problem, maka ada sebuah langkah (alternatif solutif) yang harus dilakukan oleh manajemen untuk mengatasi hal tersebut
4.         Jaringan komunikasi, perangkat yang meneruskan antara derektor dan assessor dan antara assessor dan affector. Suatu aktivitas sistematis yang dilakukan ketika terdapat sebuah permasalahan, maka secara langsung terdapat alternatif yang harus dilakukan sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga perjalan sistem pengendaliannya berjalan terintegrasi antara satu elemen dengan elemen lainnya.
Ketika terdapat sinergi antara elemen yang satu dengan yang lainnya, maka sistem pengendalian berjalan dengan sempurna. Namun ketika empat elemen tidak terpenuhi dan tidak terdapat sinergi, sistem pengendalian manajemen akan terhambat, tidak akan berjalan sebagaimana tujuan awal.

Secara garis besar adanya sistem pengendalian manajemen dalam sebuah perusahaan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1)    Keselarasan tujuan
Adanya sistem pengendalian manajemen akan membantu perusahaan dalam mengawal tujuan yang akan dicapai, sekaligus menjadi control dalam aktivitas manajemen perusahaan.

2)    Perangkat penerapan strategi
Sistem pengendalian manajemen akan menjadi alat untuk menerapkan sebuah strategi yang dilakukan oleh perusahaan.

3)    Tekanan finansial dan non finansial
Manfaat yang bisa dirasakan oleh perusahaan dalam menerapkan sistem pengendalian secara finansial akan berdampak pada laba perusahan dan secara non finansial akan berpengaruh pada kualitas produk, pangsa pasar dll. Sehinggga dengan adanya penegendalian manajemen benar-benar memberikan value added baik finansial maupun non finansial.

4)    Bantuan dalam mengembangkan strategi baru
Dengan adanya sistem pengendalian dapat melahirkan sebuah strategi baru yang akan dilakukan oleh manajemen sebagai hasil dari aktivitas controlling.

C.    Tipe-tipe control
1.      (Awal) Preliminary
            Kadang-kadang disebut kendali feedforward, Hal ini harus dipenuhi sebelum suatu perkerjaan dimulai. Kendali ini menyakinkan bahwa arah yang tepat telah disusun dengan sumber-sumber yang tepat tersedia untuk memenuhinya.
2.      (Saat ini) Concurrent
Berfokus pada apa yang sedang terjadi selama proses. Kadang-kadang disebut Kendali steering, kendali ini memantau operasi dan aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin sesuatunya telah sedang dikerjakan dengan tepat.
3.      (Saat ini) Concurrent
Berfokus pada apa yang sedang terjadi selama proses. Kadang-kadang disebut Kendali steering, kendali ini memantau operasi dan aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin sesuatunya telah sedang dikerjakan dengan tepat.

D.    Control proses manajemen
Proses pengendalian manajemen dilakukan dengan pengamatan, mencermati laporan, dan melakukan inspeksi supaya pekerjaan di semua bagian sesuai dengan persyaratan kualitas dan ketentuan rencana hasil, dan sesuai dengan anggaran biaya.
Proses pengendalian manajemen melibatkan komunikasi informal dan interaksi antara manajer dengan karyawan, untuk melengkapi pengendalian informal. Perusahaan juga mempunyai sistem pengendalian formal yang meliputi tahap-tahap yang saling berkaitan sebagai berikut :
a. Pemrograman
Pemograman adalah proses memilih program tertentu untuk kegiatan-kegiatan organisasi program menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan organisasi dalam rangka pelaksanaan strategi. Pada perusahaan yang berorientasi pada laba, setiap produk atau lini produk (product line) merupakan program.
b. Penganggaran (budgeting)
Anggaran operasi sebenarnya adalah rencana tindakan yang dinyatakan dalam satuan uang, pada proses penganggaran, penyusunan dilakukan dengan mengumpulkan anggaran bagian dan divisi yang merupakan tanggungjawab para managernya.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan negosiasi antara manajer pusat pertanggungjawaban dengan atasannya untuk menerapkan apa yang harus dilakukan manajer dan bagaimana caranya.
c. Operasi dan pengukuran
Selama periode operasi aktual, pencatatan dilakukan terhadap sumber daya yang digunakan, dinyatakan sebagai biaya dan pendapatan yang diperoleh. Catatan ini dilakukan sedemikian hingga setiap data biaya dan pendapatan diklasifikasikan menurut program dan pusat pertanggungjawaban data yang diklasifikasikan digunakan sebagai dasar pemrograman yang akan datang. Untuk tujuan terakhir data aktual dari hasil dilaporkan dengan cara yang memungkinkan perbandingan dengan anggaran.
d. Pelaporan dan analisis
Sistem pengendalian manajemen berfungsi sebagai alat komunikasi. Informasi yang dikomunikasikan terdiri dari data akuntansi maupun non-akuntansi.
Pelaporan juga digunakan sebagai alat pengendalian beberapa diturunkan dari analisis yang mengembangkan rencana dan membandingkan hasil aktual dengan hasil yang direncanakan. Berdasarkan laporan formal ini dan juga berdasarkan informasi yang diterima lewat saluran non-formal, manajer memutuskan apa yang harus dilakukan.


Sumber :

Konopaske, Robert, Matteson, Michael T. & Ivancevich, John M. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi Ketujuh. PT Gelora Aksara Pratama: Erlangga.
Robbins, Stephen P.(2004). Manajemen, Edisi Kesepuluh jilid 1. Jakarta: Erlangga.
 




Tugas 2



II.                   ACTUATING MANAJEMEN

A.    Actuating (Pengarahan atau Penggerakan)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Penggerakan adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang agar orang-orang tersebut mau dan suka bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa peranan penggerakan (actuateng) sangat penting, karena penggerakan berfungsi untuk menggerakan fungsi - fungsi manajemen yang lain, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan. 55 Menggerakan orang - orang agar mau dan suka bekerja mempunyai arti bagimana menjadikan para pegawai sadar akan tugas dan kewajiban serta bertanggung jawa atas tugas yang dibebankan kepadanya tanpa menunggu perintah dari siapapun.

Faktor - faktor penting dalam keberhasilan penggerakan
Fungsi penggerakan tidak sekedar pekerjaan mekanis (mesin, elektronik) karena manusia bukanlah robot, oleh karenanya diperlukan factor - faktor pendukung, seperti :
a.       Segi Organisasi
Terdapat peraturan – peraturan Maksudnya adalah adanya ketentuan - ketentuan yang memberi kemungkinan adanya kepastian perkembangan organisasi baik ke dalam maupun ke luar.
Terdapat fasilitas – fasilitas Maksudnya adalah fasilitas - fasilitas perangkat lunak atau perangkat keras yang diperlukan untuk gerak organisasi yang didasarkan atas pengkajian yang dapat dipertanggung jawabkan untuk memenuhi aspek kuantitas dan kualitas.
Terdapat sarana komunikasi yang memadai Sarana komunikasi yang memadai adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi, misalnya telepon, internet, mimbar, publikasi, journal dan sebagainya.
Terdapat kader - kader pemimpin
Terdapat kader - kader pimimpin artinya bahwa untuk mendapatkan pimpinan yang jelas dan tegas ruang lingkup kepemimpinannya perlu dipertimbangkan dari dalam organisasi untuk memotivasi gerak organisasi kearah yang sesyai tujuan organisasi.

b.      Segi Pemimpin

1. Wewenang
Wewenang maksudnya adalah pemimpin harus memahami akan tugas dan wewenang yang diembannya (delegation of authority) dengan memperhatikan hal - hal sebagai berikut :
-          Antara tugas dan wewenang harus memperhatikan hukum keseimbangan (equilibrium).
-    Tidak menyalahgunakan wewenang.
-    Wewenang harus dipertanggungjawabkan pada jalur organisasi tertentu.
-  Pembatasan waktu memegang jabatan memimpin, untuk menghindari teori absolutism kekuasaan.

2. Memiliki kelebihan - kelebihan
Maksudnya adalah suatu keadaan tertentu yang dimiliki seseorang dan tidak terdapat
pada orang lain, kelebihan tersebut antara lain :
-  Kelebihan dalam pikiran dan rasio
-  Kelebihan dalam fisik dan rohaniah.

3.Memiliki sifat - sifat kepemimpinan
Menurut Ord Way Tead dalam bukunya “ The Art of Leadership”, menyebutkan sifat – sifat yang harus dimiliki pemimpin adalah :
-          Energi jasmani dan rokhani (physical and nerveus energy)
-    Semangat untuk mencapai tujuan (a sence of purpose an direction)
-    Ramah dan penuh perasaan ( frend lyness and effection)
-   Integritas (integrity)
-   Kecakapan teknis ( technical skill)
-   Mudah mengambil keputusan (decisive ness)
-   Cerdas (intelligence)
-   Kecakapan mengajar (teaching skill)
-   Keyakinan (faith)

4. Memahami teknik - teknik kepemimpinan
Teknik - teknik kepemimpinan dimaksudkan suatu cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggerakan sehinggah pekerja melakukan pekerjaan dengan sebaik baiknya. Teknik kepemimpinan dapat digolongkan dalam 2 golongan, yaitu :
1.      Teknik kepemimpinan pokok, yaitu teknik - teknik dasar pokok yang dapat digunakan
untuk berbagai macam kepemimpinan, antara lain :
a. Teknik menyiapkan orang - orang supaya bersedia menjadi pengikut.
b. Teknik human relation
c. Teknik untuk menjadi teladan.
2. Teknik kepemimpinan khusus adalah teknik kepemimpinan untuk menggerakan orang- orang agar supaya suka dan dapat bekerja, tediri atas :
1.Teknik persuasif dalam memberikan perintah.
2.Teknik menggunakan sistem komunikasi yang cocok.
3.Teknik memberikan fasilitas - fasilitas.

C .  Segi Pegawai
Pegawai yang akan digerakkan harus mempunyai kemampuan untuk menerima dan memahami apa yang diberikan pimpinan baik petunjuk, bimbingan ataupun perintah, kemampuan itu antara lain :
1.      Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai Pengetahuan dan keterampilan mutlak harus dipunyai oleh pegawai, terutama yang berkaitan dengan organisasi tempat bekerja.
2.      Memiliki pandangan bahwa pengabdian adalah untuk organisasi, masyarakat dan negara bukan kepada pimpinan. Ada kemungkinan bahwa pegawai baru mau bekerja bila diawasi oleh pimpinannya, bila pimpinan tidak ada maka pegawai akan malas - malasan. Ada juga pegawai yang baru bekerja bila ada perintah dari pimpinan, bila tidak ada perintah sama sekali tida ada inisiatif untuk bekerja.
3.      Mau dipimpim, maksudnya adalah pegawai mempunyai rasa kesadaran, rasional dan terarah pada pengabdian yang seluas - luasnya, dan bukan karena terpaksa. Hal ini juga penting bagi pemimpin, bahwa kepemimpinan bukan diarahkan untuk menguasai pegawai, tetapi pegawai tetap dibimbing sampai ke tingkat kesadaran tanggung jawab yang diinginkan.
4.      Terpeliharanya tim kerja, maksudnya bahwa untuk berhasilnya fungsi penggerakan harus tetap terpeliharanya kekompakan tim kerja, tim kerja harus kokoh dan kuat baik kualitas maupun kuantitas ataupun baik fisik maupun batiniah. Kesamaan pandangan tentang organisasi akan tetap terpeliharanya tim kerja.

B.     Pentingnya Actuating
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1.      Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
2.      Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
3.       Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting,atau mendesak,
4.      Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
5.      Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

C.    Prinsip Actuating
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan.
Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
a.       Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
b.      Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang  terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang  baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
c.       Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

Cara-cara pengarahan
Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara pengarahan yang dilakukan dapat berupa:
1.      Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain, :
1.      Tugas itu sendiri
2.      Tugas lain yang ada hubungannya
3.      Ruang lingkup tugas
4.      Tujuan dari tugas
5.      Delegasi wewenang
6.      Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
7.      Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.
2.      Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal  dari atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang lain  yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
a.       Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus bersifat lebih mendetail.
b.      Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.
c.       Perintah formal dan informal
            Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula berupa bujukan dan ajakan.
                        Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata:
“apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”.
“marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan sebagainya.
Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat kurang fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.
3. Delegasi wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan diberikan kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat menimbulkan keengganan bawahan untuk mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak penyedia (supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan menanyakan kepada pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bagan wewenang untuk menyetujui perjanjian.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk.Langkah tersebut adalah actuating yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. 



sumber :

Griffin. (2003). Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga – Jakarta



http://id.wikipedia.org/wiki/Manajeme
Robbins, Stephen P.(2004). Manajemen, Edisi Kesepuluh jilid 1. Jakarta: Erlangga.