Sabtu, 27 April 2013

coping stress


Tulisan 3
Coping Stress
a.      Pengertian coping
Koping yaitu usaha untuk mengendalikan,mengurangi,atau belajar untuk mentolerir ancaman yang menyebabkan tekanan
Cara yang positif mengahadapi tekanan dikategorikan menjadi dua:
1. Emotion focused coping dimana individu berusaha mengatur emosi dalam menghadapi tekanan dan mengubah cara “merasakan”permasalahan tersebut.
2. Problem focused coping dimana individu berusaha memodifikasi masalah yang mengakibatkan tekanan atau sumber stress itu sendiri.Cara ini dilakukan untuk mengubah perilaku atau merancang serangkaian baru rencana untuk menghadapi stres
Bentuk koping (mengendalikan) stress yang negatifdimana berusaha mengatur stresnya dengan minum-minuman keras yang beralkohol,dengan narkoba,atau makan yang berlebihan.
Hardiness dibangun adalah karakteristik kepribadian yang baik untuk menangkal gangguan penyakit yang berhubungan dengan stress..Karakteristik hardiness dibangun oleh tiga komponen yaitu:
1. Komitmen yaitu kecenderungan untuk melibatkan dirinya sendiri pada apapun yang sedang dikerjakan dengan perasaan bahwa aktivitasnya penting dan bermakna
2. Bagi orang yang gigih ,antisipasinya terhadap perubahan dipandang lebih memberikan insentif daripada ancaman bagi keamanan dirinya
3. Kontrol merupan salah satu penanda kepribadian gigih.Ia memiliki kendali yaitu persepsi bahwa orang dapat mempengaruhi peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya
Menurut Fieldman hal-hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi tekanan:
1. Ubah ancaman menjadi tantangan
2. Ubah ancaman besar menjadi ancaman kecil
3. Ubah tujuan anda
4. Lakukan suatu tindakan
5. Siapkan diri sebelum stress terjadi

Jenis – jenis coping stress
Jenis-jenis stres terdiri dari beberapa macam. Stres dapat didefenisikan sebagai,“respon adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan psikologis terhadap seseorang”(Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitner dan kinicki, 2004).
Di tinjau dari penyebabnya, stres dapat di bedakan ke dalam beberapa jenis berikut:
Stres fisik
Stres yang di sebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
Stres kimiawi                     
Stres disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
Stres mikrobiologi
Stres disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
Stres fisiologik
Stres disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
Stres psikis dan emosional
Stres disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidak mampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Hidayat, 2008).
Kondisi stres psikologis yang terjadi pada seorang lansia dan berkelanjutan akan mengakibatkan depresi jika pertahanan koping seseorang tidak kuat. Menurut penelitian di Amerika, 1 dari 20 orang di Amerika setiap tahun mengalami depresi dan paling tidak 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi sepanjang kehidupan mereka. Di Indonesia kasus depresi terjadi akibat adanya krisis ekonomi atau keuangan dan masalah pekerjaan.

Jenis –jenis coping negatif dan positif

Terdapat beberapa strategi coping stress yang bisa dilakukan oleh seseorang yang mengalami stress. Menurut Arthur Stone dan Jhon Neale (dalam Benjamin, dkk, 1987) terdapat 8 (delapan) kategori strategi coping stress, yaitu:
Direct action (tindakan langsung)
Individu memikirkan dan mencari pemecahan permasalahannya dan kemudian melakukan sesuatu atau bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Acceptance (penerimaan)
Individu mampu menerima kenyataan bahwa keadaan stres tersebut telah terjadi dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah tersebut.
Destruction (pengacauan masalah)
Individu melibatkan diri pada aktivitas lain dan memaksakan diri untuk memecahkan masalah lain.
Situation redefenition (mendefenisikan ulang situasi)
Mendefenisikan situasi dengan memikirkan masalah dengan cara yang berbeda agar situasi stres tersebut menjadi dapat diterima.
Catharsis (katarsis)              
Mencari pelepasan emosi sebagai alat untuk mengurangi ketegangan dari stres.
Relaxation techniques (teknik relaksasi)
Merupakan cara untuk mengurangi tekanan yang dialami individu.
Social support (dukungan sosial)
Mencari dukungan sosial, misalnya dari teman, orang yang dicintai, psikolog atau dari lingkungan masyarakat sekitar untuk mengurangi stres.
Religious strategy (strategi keagamaan)
Mencari ketenangan spiritual yang diperoleh dari teman, orang tua atau pemuka agama. Strategi ini dapat ditempuh dengan perilaku seperti berdoa. Berdoa diyakini dapat membuat individu mampu menghadapi berbagai situasi yang penuh tekanan.
Menurut Taylor (dalam Smet, 1994) ada 8 (delapan) jenis strategi coping stress, yaitu:
  1. Konfrontasi, yaitu sikap agresif untuk mengubah situasi 
  2. Mencari dukungan sosial, yaitu suatu sikap untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan informasi dari orang lain. 
  3. Merencanakan pemecahan masalah 
  4. Kontrol diri, adalah sikap untuk mengatur perasaan 
  5. Membuat jarak, adalah sikap untuk melepaskan diri dari situasi stress 
  6. Penilaian kembali secara positif (possitive appraisal), yaitu suatu upaya untuk menemukan arti yang positif dari permasalahan yang dihadapi. 
  7. Menerima tanggung jawab dalam masalah peran 
  8. Melarikan diri/ menghindar (escape/avoidance), yaitu dengan cara makan, minum, merokok, dan memakai obat-obatan.
Strategi penanganan stres juga dapat digolongkan menjadi mendekat (approach) atau menjauh (avoidance). Strategi mendekat (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapinya secara langsung. Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres (Santrock, 1998).
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode coping stress yang dapat digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada strategi coping stress yang paling berhasil. Strategi coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasi (Smet, 1994). Keberhasilan coping stress lebih bergantung pada penggabungan strategi coping stress yang sesuai dengan ciri-ciri masing-masing kejadian yang mengancam, daripada mereka mencoba menemukan satu strategi coping stress yang paling berhasil.

Daftar pustaka





Nama : Yusi Risma Nurizki
Npm : 17511691
Kelas : 2PA02
                                   

stress


Tulisan 2
STRESS
a.     Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
  • Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
  • Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
  • Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
  • Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
  • Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.

Penyebab stress

Faktor lingkungan

Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.

Faktor organisasi

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres.  Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.

Faktor pribadi                                                                 

Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.

Efek stress menurut hans selye
Hans Selye (dalam Nurhayati A, 1996), memperkenalkan suatu konsep tentang Stress yang dikenal dengan General Adaptation Syndrom.Ia menyatakan bahwa ada tiga fasa yang dapat menggindifikasikan bila seseorang terpapar Stress.
  1. Tahapan reaksi waspada, pada tahapan ini dapat terlihat reaksi psikologis “fight or fight syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahapan ini individu mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada Stressor. Tampak fisik yang muncul adalah denyut jantung yang meningkat, peredaran darah meningkat dan gartrointestinal meningkat ke kepala dan ekstremitas. Karena banyaknya organ tubuh terpengaruh, maka gejala Stressakan mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot. Pada saat yang bersamaan, daya tahan tubuh berkurang dan bahkan besa Stressor sangat besar atau kuat dapat menimbulkan kematian.
  2. Tahapan melawan, pada tahapan ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi Stressor ini. Tubuh berusaha untuk menyeimbangkan proses psikologis yang telah mempengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab Stress. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala Stressakan menurun, tubuh akan berusaha normal kembali karena ketahan tubuh batasnya dalam beradaptasi.
  3. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap awal Stress dimana tubuh individu telah biasa. Energi penyesuaian terkuras dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala penyesuaian terhadap lingkungan. Tanpa ada usaha untuk melawan.
b.    Tipe – tipe Stress
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
1.  Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.

2.  Konflik                    
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.

3.  Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.

4.  Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/ kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.

c.      Symptom reducing responses terhadap stress
Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1.   Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2.   Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3.   Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4.   Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5.   Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6.   Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7.   Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8.   Represi                                     
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9.   Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11.  Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12.  Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14.  Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
·         Pendekatan problem solving terhadap stress
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi stress “minor”.
·         Startegi coping yang spontan mengatasi stress
Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.Untuk mengatasi stres “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor” merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan lain sebagainya. Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik.Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.

Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.

Daftar pustaka
Frew, D. R. (Inggris)"Percieved Organizational Characteristics and Personality Measures tas Predictors of Stress/ Strain in the Workplace," Journal of Management, Winter 1987, hal. 633-646.
Evans, G. W. (Inggris)"Stress and Open-Office Noise," Journal of Applied Psychology, Oktober 2000, hal. 779-783.
 Major, V. S. "Work Time, Work Interference with Family, and Psychological Distress," Journal of Applied Psychology, Juni 2002, hal. 427-436.
Nelson, D. L. "Chronic Work Stress and Coping: A Longitudinal Study and Suggested New Directions," Academy of Management Journal, Desember 1990, hal. 859-869.





Nama : Yusi Risma Nurizki
Npm : 17511691
Kelas : 2PA02