Tulisan 1
Teori
keprinadian sehat menurut :
a.
Allport
Ciri-ciri kepribadian yang matang :
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, dia
mengembangkan pehatian-perhatian di luar diri. Orang harus menjadi partisipan yang
langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Dalam pandangan Allport, suatu
aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang
itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan
itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan anda, atau
karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa
enak, maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu.
Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh;
aktivitas itu memuaskan kebutuhankebutuhan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya
dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat
secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita,
hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan kita dalam
politik dan agama.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan
Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan
alam hubungan dengan orang-orang lain; kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk
perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman
(cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Orang mengungkapkan
paritisapi otentik dengan orang yang dicintai dan memperlihatkan
kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan individu
sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik. Orang yang neurotis harus menerima
cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila
mereka memberi cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban
yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang– orang yang sehat adalah tanpa
syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat. Perasaan terharu, tipe kehangatan yang
kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan
dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami
kesakitan-kesakitan, penderitaanpenderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati itu timbul
melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya. Kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain
dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang-orang yang sehat menerima
kelemahan-kelemahan manusia.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini
meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri.
Kepribadian-kepribadian yang sehat mempu menerima semua segi dari ada mereka, termasuk
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekuarangan tanpa menyerah secara pasif pada
kelemahan-kelemahan tersebut. Orang sehat mampu hidup dengan ini dan segi-segi
lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan
masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka
berusaha memperbaiki diri mereka. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu
menerima emosi emosi mereka, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi mereka, dan
mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian yang
sehat mengontrol emosi-emosi mereka. Orang yang neurotis, menyerah pada emosi
apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian, betapapun perasaan-perasaan itu mungkin tidak tepat.
Kualitas lain dari keamanan emosional
ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat
sabar menghadapi kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan diri kepada
kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang kurang
menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau
tujuan-tujuan substitusi. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari
perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa
kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut lebih baik
daripada orang-orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia
mereka secara objektif. Sebaliknya orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan,
dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu
percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau
semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima
realita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan
Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan
dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu
suatu tingkat kemampuan. Kita juga harus menggunakan keterampilan-keterampilan
itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya alam pekerjaan
kita. Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup
menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan
(seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan
ini ada hubungannya dengan gagasan tentang tanggung jawab dan dengan
kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti
dan perasaan konstinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan
kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan
melakukan dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut
pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki
seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat
hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan
lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan orang-orang lain
tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain
dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki suatu
tingkat pemahaman diri (selfobjectification) yang tinggi atau wawasan
diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada
orang lain. Orang itu akan menadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain,
dan biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Allport juga
mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah
lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang. Selain itu,
terdapat korelasi yang tinggi antara tingkat wawasan diri dan perasaan humor,
yakni tipe humor yang menyangkut persepsi tentang hal-hal yang aneh dan hal-hal
yang mustahil serta kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. (Allport membedakan
humor ini dari humor komik kasar yang menyangkut seks dan agresi).
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan,
didorong oleh tujuantujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai
suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai
batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian
mereka. Allport menyebut dorongan yng mempersatukan ini “arah” (directness).
Arah ini membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan atau
rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Tanpa
tujuan kita mungkin akan mengalami masalah-masalah kepribadian. Mustahil memiliki
suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Mungkin
kerangka untuk tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat
penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang
individu dapat memilih di antara berbagai nilai-nilai dan nilai-nilai itu
mungkin berhubungan dengan diri sendiri atau mungkin nilai-nilai itu luas dan
dimiliki oleh banyak orang lain.
Orang yang neurotis tidak memiliki
nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat
sementara. Nilai-nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat
untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati juga
berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang
sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan
dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa.
Suara hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”.
Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab
kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam
nilai-nilai agama dan nilai-nilai etis.
b.
Rogers
Perkembangan kepribadian menurut Rogers :
1.
Perkembangan
Kepribadian “ Self ”
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self mempunyai bermacam-macam sifat :
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b. Self mungkin mengintegrasikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagaiancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
2. Positive regard (bersyarat)
Setiap manusia memiliki kebutuhan basic akan
kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, cinta, kasih, dan sayang dari
orang lain Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi
2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive
regard (tak bersyarat). Conditional positive regard atau
penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji,
menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir
dan bertingkah laku seperti dikehendaki orang tua karena anak mengembangkan
conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap – sikapdari
ibunya, akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan
ini.
c.
Maslow
Hirarki kebutuhan individu :
Interpretasi
dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida
dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya
mengenai teori
hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis)
sampai yang paling tinggi (aktualisasi
diri). Adapun hirarki kebutuhan
tersebut adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis
sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis.mudian berhenti dengan
sendirinya.
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada
kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya
tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap
kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan
kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir
persis sama dengan insting.
Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat
fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang
ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan.
Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika
tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa
manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena
seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif
sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan
rasa aman (safety needs).
Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,
stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa
diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya
kebutuhan inilah maka [[manusia[[ membuat peraturan, undang-undang,
mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic
needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak
terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada
gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul
kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs).
Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra
dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia
kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya
sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat.
Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga,
sebuah kampung,
suatu marga, dll.
Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan
orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang
tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang
bersangkutan.
Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka
timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri.
Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap
penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya
akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung
pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih
kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang
tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta
kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme,
kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri
sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
Meta Kebutuhan dan Meta Patologi
Menurut Maslow, meta kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri terdiri dari:
- Kebenaran
- Kebaikan
- Keindahan atau kecantikan
- Keseluruhan (kesatuan)
- Dikotomi-transedensi
- Berkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya)
- Keunikan
- Kesempurnaan
- Keniscayaan
- Penyelesaian
- Keadilan
- Keteraturan
- Kesederhanaan
- Kekayaan (banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting)
- Tanpa susah payah (santai, tidak tegang)
- Bermain (fun, rekreasi, humor)
- Mencukupi diri sendiri
Meta Patologi
Jika berbagai meta kebutuhan
tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti:
- Apatisme
- Kebosanan
- Putus asa
- Tidak punya rasa humor lagi
- Keterasingan
- Mementingkan diri sendiri
- Kehilangan selera dan sebagainya
d.
Erich
Fromm
Kepribadian yang sehat menurut Erich
Fromm :
Sebelum mengulas tentang teori
kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi pandangan Fromm,
antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik dan
berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat
terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita
tersebut memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang
neurotis. Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya
seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi hebat.
Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu,
masa kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi
terhadap tingkah laku neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun
Fromm melihat irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika
pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke
dalam suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan
kenalan-kenalannya terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi
seorang fanatik yang haus darah. Banyak saudara dan teman-temannya yang
meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran mengapa orang yang baik dan
bijaksana tiba-tiba menjadi gila. Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan
ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah
laku irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis,
politis, dan historis secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian
manusia.
Fromm sangat dipengaruhi oleh
tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The Economic and
Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan
ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan melakukan
percobaan yang sintesis. Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung
daripada Freud dan menggunakan psokoanalisa, terutama untuk mengisi celah-celah
pemikiran Marx. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis
bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya berbeda
sekali dengan kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun 1961.
Meskipun Fromm deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian,
ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm
dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi,
kesusastraan, dan filsafat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan
Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan
dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua
spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from
Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari
abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi,
kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan
jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang
menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua
adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947,
1955, 1964), dikatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia,
entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme,
semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia.
Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi
sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai
binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus
dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya
khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut,
cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggung jawab, identitas,
intergritas, bisa terluka, transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma.
Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Fromm membagi sistem struktur
masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:
1. Sistem A, yaitu
masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh
cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala
bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman
sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja
sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2. Sistem B, yaitu masyarakat
non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar tidak destruktif,
meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifam dan
kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan hal yang lazim
ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3. Sistem C, yaitu masyarakat
destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam,
pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini
sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam
bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.
Fromm juga menyebutkan dan
menjelaskan lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat dewasa
ini, yakni:
1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)
2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)
3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)
6. Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)
2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)
3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)
6. Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
Fromm juga memngemukakan bahwa bila
masyarakat berubah secara mendasar, sebagaimana terjadi ketika feodalisme
berubah menjadi kapitalisme atau ketika sistem pabrik menggeser tenaga tukang,
perubahan semacam itu akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam karakter
sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang dengan masyarakat merupakan
keprihatinan besar Fromm. Menurut Fromm ada validitas proposisi-proposisi
berikut:
1) Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan,
2) Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3) Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan
4) Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
2) Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3) Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan
4) Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Kemudian Fromm mengemukakan tentang
masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia berhubungan satu sama lain
dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan dan
solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya kemungkinan untuk mengatasi
kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan membinasakannya, dimana setiap
orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek
dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan konformitas, dimana terdapat suatu
sistem orientasi dan devosi tanpa orang perlu mengubah kenyataan dan memuja
berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu nama untuk masyarakat yang sempurna
tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik. Dalam masyarakat semacam
itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi mansiawi sepenuhnya.
Daftar pustaka
Jess, J. And
Gregory,J.F.teori kepribadian. Jakarta: salemba humanika, 2009.
Suryatama, S.psikologi kepribadian. Jakarta: Tiga Bermuda, 1997.
Suryatama, S.psikologi kepribadian. Jakarta: Tiga Bermuda, 1997.
Abraham H. Maslow.
1964. Religion, Value, and Peak-Experiences. Columbus: Ohis State University
Press. Hlm. 8.
C. George Boeree. 2006.
Personality Theories. Yogyakarta: Primasophie. Hlm. 277-290.
Sarlito W. Sarwono.
2002. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 174-178.
Abraham H. Maslow.
1986. Farther Reaches of Human Nature. New York: Orbis Book. Hlm.
260-280, 299.
Abraham Maslow. 2006. On
Dominace, Self Esteen and Self Actualization. Ann Kaplan: Maurice Basset.
Hlm. 153, 168, 170-172, 299-342.
Hall,
Calvin dan dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo.
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo.
Nama : Yusi Risma Nurizki
Npm : 17511691
Kelas : 2PA02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar