KESEHATAN MENTAL
Tiga mahzab terbesar psikologi
Teori Kepribadian sehat
1. Aliran
Psikoanalisa
Dr.
Abraham M. Low. M.D. adalah seorang guru besar psikiatri
pada Fakultas Kedokteran Universitas Illinois. Low mendirikan Recovery, Inc,
sebuah organisasi bagi orang – orang yang memiliki masalah – masalah mental, di
Chicago pada 1937. Dewasa ini ada lebih dari 400 cabang di seantero negeri.
Recovery, Inc. mirip dengan Alcoholics Anonymous, merupakan suatu program
“self-help” bagi orang-orang yang memiliki masalah-masalah emosional,
kebanyakan dari antara para klien tersebut merupakan bekas penghuni rumah
sakit-rumah sakit mental. Para anggota perkumpulan itu menemukan bahwa
masalah-masalah mereka tidaklah unik, orang-orang lain pun ternyata ada yang
mengalami perasaan takut, mereka kurang mampu, merasa tidak berpengharapan dan
mengalami waham, sama seperti mereka.
Mental Health Through Will
–Training (1950) menguraikan secara rinci metode terapi Dr. Low. Buku ini
menyajikan statistic yang menunjukkan kemandulan psikoanalisis Freudian,
kendali menurut penilaian Dr. Low metode ini telah mendominasi seluruh bidang
pelayanan psikiatrik dan telah menyisihkan saiangan-saingan terdekatnya (Adler
dan Jung).
Saat itu, ia melaporkan bahwa
klinik Menninger mampu menyembuhkan 40 %
dari kasus-kasus psikotik yang masuk. Menurut kesimpulan Low, psikoanalisis
telah gagal. ( hasil penyelidikan lebih mutakhir yang dilakukan oleh Eysenck
menunjukkan angka keberhasilan yang lebih tinggi bagi psikoanalisis, namun
angka kesembuhan spontannya juga lebih tinggi ).
Mengenai dirinya sendiri Dr. Low
menyatakan “ Penulis menolak doktrin psikoanalitik baik sebagai filsafat maupun
sebagai teknik penyembuhan. Sebagai filsafat, penulis tidak dapat menerima
pandangannya yang menyatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil
dorongan-dorongan tidak sadar, entah seksual maupun lain-lainnya. Menurut
pikiran penulis, hidup orang dewasa tidak digerakkan oleh naluri-naluri
dibimbing oleh kemauan. Pemecahan masalah-masalah mental menuntut suatu
pendekatan yang positif serta pengakuan atas kemampuan manusia untuk menentukan
dan mengendalikan nasibnya sendiri, suatu pendekatan Freud. Low menyatakan, “
Dengan memberikan cap bahwa penginderaan merupakan sesuatu yang tak dapat
ditoleransikan, bahwa alam perasaan merupakan sesuatu yang mengerikan dan bahwa
impuls-impuls bersifat tak dapat dikontrol, maka kerancuan ini akan
mengakibatkan pasien takut menghadapi, menerima serta mengendalikan reaksinya
sendiri “.
b. 2. Aliran
Behavioristik
O.
Hobart Mowrer, Ph. D. adalah salah seorang psikolog terkemuka
lain yang menentang teori-teori tentang perilaku yang menggambarkan manusia
sebagai korban tak berdaya dari pembawaan atau lingkungannya. Sebelum menjabat
Guru Besar Peneliti di bidang Psikologi di Universitas Illionis kini, Hobart
Mowrer telah melewati perjalanan karir yang terhormat.
Pada awal tahun tiga puluhan ia
merupakan salah seorang anggota dari suatu kelompok yang melakukan penelitian
di Institut Hubungan Manusia, Universitas Yale, bersama Clark Hull, salah
seorang penganjur terkemuka teori behavioristik.
Ia telah mengembangkan suatu metode
baru yang efektif, dikenal dengan sebutan Terapi Integritas, untuk menyembuhkan
masalah-masalah emosional, yang populer khususnya dikalangan dikalangan para
pskolog dan psikiater yang meiliki keyakinan iman. Mowrer menemukan bahwa
masalah-masalah mental bukannya bersumber dari usaha individu untuk hidup
mengikuti kode-kode moral yang terlampau tinggi, melainkan masalah-masalah itu
muncul karena orang tidak menjalani hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinan
moralnya sendiri.
Ia menyatakan, “ kita memiliki
alasan kuat untuk percaya bahwa psikopatologi bukanlah muncul dari dorongan
seks dan sikap bermusuh yang tidak tersalurkan, melainkan berasal dari suara
hati yang terlampau ketat serta martabat dan tanggung jawab manusiawi yang
diinjak-injak. Perubahan radikal atas persepsi tentang dasar dan kodrat
penyakit mental ini menunjukkan pertalian antara konsepsi-konsepsi modern
tentang roh kudus serta menunjukkan jalan ke arah sintesis baru antara agama
dan ilmu psikologis maupun ilmu social modern. “
c. 3. Aliran
Humanistik
James
F.T Bugental merupakan presiden pertama perhimpunan Humanistik
dan banyak sekali menulis tentang gerakan Humanistik. Ia mengingatkan para
pembacanya agar jangan mengacaukan gerakan Humanistik dengan Humanisme dalam
arti tradisional. Dalam arti tradisional, humanisme dipakai untuk melukiskan
ateisme atau agnotisisme, lawan dari teisme, yaitu paham yang mengakui adanya
pencipta atau daya cipta yang berasal dari alam semesta ini sendiri.
Kata Bugental, “ psikologi
Humanistik meliputi mulai dari kaum teis taat sampai kaum ateis fanatic dan
seluruh variasinya di antara kedua kutub tersebut. “ ia melanjutkan, “
psikologi Humanistik bukan barang baru. William James dulu adalah seorang
psikolog humanistic. Psikologi itulah yang oleh orang awam biasanya dianggap
sebagai psikologi yang ‘sesungguhnya’. Ia merupakan sejenis kegiatan yang
paling sesuai dengan arti harafiah ‘psikologi’ (pengetahuan tentang jiwa). Para
filsuf sejak zaman klasik dulu hingga sekarang cenderung menyibukkan diri
membahas aneka masalah yang dipelajari oleh psikologi humanistic dewasa ini.
Menurut pengamatannya, gerakan yang
luas itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Manusia
merupakan persoalan sentral dalam psikologi. Para psikolog humanistic
berkeberatan terhadap penggunaan data yang diperoleh dari tikus, kera atau
burung-burung merpati, seolah-olah data itu memiliki nilai yang sama bagi
penyelidikan tentang manusia itu sendiri.
2. Manusia
lebih dari sekedar penjumlahan dari bagian-bagiannya dan harus diselidiki
sebagai suatu organisme yang menyatu.
3. Psikologi
humanistik sangat menghormati kebebasan individu. Ia bertujuan membantu
individu agar dapat memprediksikan dan mengendalikan hidupnya sendiri secara
lebih baik. Bugental mempertentangkan hal ini dengan paham behavioristik yang
sering kali justru digunakan untuk “melayani mereka yang ingin memprediksikan
dan mengendalikan orang lain. “
4. Kriteria
humanistik untuk menentukan nilai hasil-hasil penelitian mengutamakan
tujuan-tujuan yang bersifatmanusiawi dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang non
manusiawi. Terdapat sejumlah kriteria humanist yang sahih, seperti kebermaknaan
intrinsic, koherensi dengan konsepsi-konsepsi yang lain, validasi melalui pengamatan
oleh sejumlah pengamat yang bekerja secara terpisah, keefektivan dalam mengubah
pengalaman manusia yang seluruhnya sama sahihnya seperti frekuansi dalam
statistic ataupun pengulangan aam penyelidikkan dilaboratorium.
Pandangan humanistic
sebaimana dirumuskan oleh Dr. Bugental mencakup istilah-istilah seperti “
manusia adalah sadar “, “ manusia punya pilihan “, “ manusia bertanggung jawab
“, “ potensi manusia lebih besar dari yang telah diatualisasikanya. “ ia
memandngkan pandangan ini dengan pandangan-pandangan lainnya
Daftar pustaka :
Low,
Abraham, Mental Health Through Will
Training, The Christopher House, Boston, 1950, 1962.
Mowrer,
O. Hobart, The Crisis in Psychiatry &
Religion, Van Nostrand, New York, 1961.
Supratinya, Drs. A, 2002. Mahzab Ketiga. Kanisius: Yogyakarta.
Bugental, James F. T., “The Third Force in Psychology”, Journal of Humanistic Psychology, IV, 1,
Spring, 1964.
Npm : 17511691
Kelas : 2PA02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar